Arsip Kategori: Liga Nasional

Jafri Sastra Dikontrak Dua Tahun Oleh PSIS Semarang

Setelah berhasil membawa PSIS Semarang lolos dari degradasi pada Liga 1 2018, Jafri Sastra kini dikontrak selama dua tahun. Pada Liga 1 2019, Jafri ditargetkan mampu membawa PSIS Semarang berada di posisi 8 besar.

Sempat berada di zona degradasi, PSIS melakukan perombakan di sektor pelatih. Pelatih asal Italia, Vincenzo Alberto Anesse didepak dan digantikan oleh Jafri Sastra.

Kehadiran Jafri Sastra mampu mengangkat performa PSIS Semarang di sisa musim Liga 1 2018. Dari 14 pertandingan bersama PSIS, Jafri sukses meraih delapan kemenangan, dua seri, dan empat kekalahan.

Prestasi tersebut membuat PSIS berhasil finis di posisi ke-10 klasemen akhir Liga 1 2018. Kontrak Jafri Sastra akhirnya resmi diperpanjang oleh pihak PSIS untuk dua tahun ke depan.

“Jafri Sastra dan Budi Kurnia resmi digandeng kembali dengan kontrak selama dua tahun, dari Januari 2019 sampai dengan Januari 2021,” kata CEO PSIS Semarang, Yoyok Sukawi dikutip dari Jawa Pos.

Pada musim depan, PSIS ditargetkan bisa finis di posisi 8 besar dan pada musim berikutnya diharapkan mampu berada di posisi 3 besar.

Sepak Bola Indonesia Bermasalah, Ferry Indrasjarief Ajak Jakmania Tetap Nikmati Pertandingan

Citra sepak bola Indonesia kembali mendapat terpaan negatif, terutama sejak isu pengaturan skor kembali mencuat belakangan ini. Namun, Ketua The Jakmania, Ferry Indrasjarief, tetap melihat ada sisi positif dalam sepak bola Indonesia saat ini.

Kegagalan Timnas Indonesia di Piala AFF 2018 memancing kekecewaan masyarakat Indonesia. Kalangan suporter lantas mengarahkan kritikan kepada PSSI juga sang Ketua Umum, Edy Rahmayadi.

Tak sedikit yang mendesak agar Edy mundur dari jabatannya di PSSI, mengingat ia saat ini rangkap jabatan dengan menjadi Gubernur Sumatra Utara.

Belum reda kekecewaan itu, citra sepak bola makin buruk setelah berkembangnya dugaan pengaturan skor di kompetisi domestik, baik Liga 3 hingga Liga 1.

PSSI pun dituding sebagai pihak paling bertanggung jawab atas citra buruk yang kembali menerpa sepak bola Indonesia.

Namun, Ferry Indrasjarief memiliki pemikiran yang positif perihal perkembangan sepak bola Indonesia saat ini.

Tokoh komunitas suporter Persija itu mengungkapkan pikirannya, sepak bola Indonesia tetap berjalan ke arah yang lebih baik, meski tetap banyak kekurangan yang masih harus diperbaiki.

Kehadiran kompetisi usia muda di level klub disebutnya sebagai bukti arah sepak bola Indonesia tetap positif.

“Sebenarnya saya kurang memperhatikan apa yang terjadi dengan PSSI. Namun, saya lebih memperhatikan sepak bola Indonesia secara keseluruhan. Menurut saya, sepak bola Indonesia sudah berjalan ke arah yang benar, mulai kompetisi U-16 dan U-19 sudah bagus,” ujar Ferry kepada Bola.com.

“Jadi, sebenarnya kami yang benar-benar menyaksikan pertandingan sepak bola, yang tidak memikirkan intrik dan politik, melihatnya asyik-asyik saja. Kalau masih ada kekurangan, ya sudah pasti, ini Indonesia. Tak hanya sepak bola, di sektor mana pun pasti masih ada kekurangan dalam penyelenggaraan,” lanjutnya.

Bicara perihal Edy Rahmayadi yang sosoknya dianggap kontroversial, Ferry menegaskan itu sudah menjadi tanggung jawab semua klub anggota PSSI yang memilih mantan Pangkostrad itu sebagai ketua umum.

“Saya bertanya, siapa yang pilih dia? Kalau dia dipilih klub-klub, berarti itu dipertanggungjawabkan klub,” tegasnya.

Perihal isu pengaturan skor yang marak terjadi, Ferry Indrasjarief meminta agar ada pembuktian agar semua menjadi jelas. Menurutnya, menjadi tidak baik ketika isu berkembang, namun tidak dituntaskan hingga jelas.

“Daripada merusak suasana, lebih baik buktikan dulu soal pengaturan skor itu. Jangan hanya menjadi gosip kemudian ramai dan yang membuka tidak melanjutkan sampai tuntas. Saya ingin semua terbuka jelas karena kami ini penonton sepak bola,” ujarnya.

“Kami mau menikmati sepak bola Indonesia, tapi kalau ada intrik pengaturan skor, tentu kami berpikir seperti apa sebenarnya dan kadang jadi ikut terpengaruh. Makanya saya sering bilang ke The Jakmania, selama belum terbukti, nikmati saja pertandingan yang kita tonton,” lanjut Ferry.

Tanpa Dua Bek Andalan, Persela Tetap Incar Kemenangan atas Arema

Persela Lamongan tak bisa menurunkan kekuatan penuh saat menjamu Arema FC. Meski begitu, Persela tetap akan mengincar angka penuh.

Melakoni laga ke-31 Liga 1, Persela vs Arema akan dihelat di Stadion Surajaya, Lamongan, Jum’at (16/11/2018). Dua pemain belakang Persela yang akan absen adalah bek tengah Arif Satria yang dan bek kanan Birul Walidain.

“Ada dua pemain yang nggak bisa main, Arif (Satria) sama Birul (Walidain), karena akumulasi. Kemarin (melawan Mitra Kukar) kan dapat kartu kuning,” kata asisten pelatih Persela Danur Dara.

Absennya kedua pemain tersebut berpotensi membuat kekuatan lini belakang tim berjuluk Laskar Joko Tingkir tersebut melemah. Sebab, di sepanjang musim ini Birul dan Arif selalu menjadi pilihan utama bagi pelatih Aji Santoso.

Kendati demikian, Persela tetap akan mencoba meraih kemenangan. Persela akan butuh tiga angka demi terus menjauhkan diri dari zona degradasi.

“Melawan Arema kita punya target mengamankan poin dan meraih poin maksimal,” tutur Danur.

” Jangan Korbankan Merah Putih Karena PSSI”

JAKARTA – Ketua Umum PSSI Djohar Arifin Husin menyatakan agar pihak-pihak yang selama ini merasa tidak senang dengan kepengurusan PSSI saat ini. Namun, kebencian itu jangan sampai mengorbankan kepentingan negara.

Ancaman FIFA yang akan memberikan banned kepada Indonesia jika tidak berhasil membereskan masalah dualisme kompetisi hingga 20 Maret, dinilai merugikan Timnas. Maka dari itu, Djohar meminta klub-klub yang berkiprah di kompetisi di luar PSSI, dalam hal ini Indonesian Super League (ISL), untuk kembali ke kompetisi resmi Indonesian Premier League (IPL).

“Kembali ke surat FIFA pada tanggal 21 Desember lalu, kepada klub yang membelot, FIFA memerintahkan PSSI menghukum klub-klub tersebut. Jadi, PSSI tetap menerapkan perintah FIFA kepada klub-klub yang tetap menolak diajak bergabung kembali ke IPL,” terang Djohar kepada wartawan, di Hotel Crowne Plasa, Jakarta, Selasa (10/1/2012).

“Batasan FIFA 20 Maret 2012, dan kami melaporkan dulu hasil dari usaha kami kemarin yang masih belum dapat tanggapan positif dari klub-klub itu,” jelasnya.

“Saya mendapat bocoran dari sana, mudah-mudah kabar ini salah. Mereka mengharapkan Indonesia dibanned FIFA, nggak tahu itu benar apa nggak. Tapi ya, kalau nggak senang sama kita, jangan korbankan Merah Putih,” tegas Djohar.

Djohar juga menyatakan, tak ada keinginan dari PSSI untuk memberikan sanksi kepada anggotanya. Bahkan, iming-iming sanksi akan dihapus bila klub-klub itu mau kembali ke PSSI menjadi salah satu niat baik. Sayangnya, hingga saat ini tak ada klub ISL yang mau kembali ke IPL.

Dia berharap, langkah Ketua Umum KONI, Tono Suratman yang ingin mengislahkan kedua kubu yang selama ini bertikai mampu memberikan hasil positif untuk sepakbola Indonesia. “Kita tak ingin menghukum klub-klub, kita kan selalu membuka untuk rekonsiliasi,” katanya.

“Kami menghargai prakarsa dari Ketua KONI Tono Suratman untuk mengislahkan agar seluruh klub kembali ke ruma, kami harap usaha itu bisa berhasil,” tandasnya.

Ketika Mantan-mantan Bintang Liga Inggris Bertemu Legenda Nasional

Jakarta – Event ‘EPL Masters Indonesia Cup’ menjanjikan dua hal. Selain bisa melihat mantan-mantan bintang Liga Inggris, penonton juga bisa menyaksikan legenda-legenda nasional.

Nama-nama beken seperti Robbie Fowler, John Barnes, Mark Bosnich, Jesper Blomqvist, Dietmar Hamann, Ray Parlour, Faustino Asprilla, Dominic Matteo, dan juga Ray Wilkins dipastikan ikut hadir untuk event bertajuk “EPL Masters Indonesia Cup” tersebut.

Para penggemar Liga Inggris dari era 90-an pasti tidak akan asing dengan nama tersebut. Rencananya mereka akan melakukan kompetisi sepakbola indoor di Istora Senayan, Jakarta, pada 27 Mei mulai pukul 15.00 WIB.

Seperti dilansir oleh situs resmi EPL Masters Indonesia, nantinya mereka akan dipertemukan dengan Indonesia Masters yang berisikan beberapa legenda nasional seperti Kurniawan Dwi Yulianto, Bima Sakti, “Bejo” Sugiantoro, hingga Anang Ma’ruf.

Menurut keterangan pihak promotor, Berlian Entertainment dan Hybrid Events, konsep pertandingan menggunakan sistem round robin, terdiri dari tujuh partai. Seluruh tim, yaitu Manchester United Master, Liverpool Master, EPL Al Star Masters dan Indonesian Masters akan saling bertarung, dan dua tim terbaik akan bertemu di “final”.

EPL Masters Cup merupakan program dari Master Football Asia dan Football Asia, yang sudah pernah digelar pula di beberapa negara Asia Tenggara seperti Malaysia, Thailand, dan Brunei Darussalam.

Tiket EPL Masters Cup bisa dipesan dan dibeli melalui situs rajakarcis.com dan Panorama Tour. Juga disedikan keempatan bagi 400 orang untuk makan malam bersama para bintang lawas itu di Hard Rock Cafe, Jakarta, pada hari Jumat (25/5) lusa, dengan tiket seharga Rp 2.500.000.

Daftar harga tiket:
VIP: Rp 850 ribu
Platinum: Rp 550 ribu
Gold: Rp 300 ribu
Silver: Rp 175 ribu

Persibo Bisa Dilego

BERITA BOLA BOJONEGORO – Ketidaknyamanan Persibo Bojonegoro di Stadion Letjen H Soedirman, Bojonegoro, membuat klub ini menjadi incaran daerah lain. Manajemen Persibo mengungkap, sebuah kabupaten di wilayah Jawa Barat tertarik memboyong tim berjuluk Laskar Angling Dharma.

Rupanya tidak adanya izin dari pihak keamanan saat Persibo menjamu Semen Padang menjadi pemicu niatan tersebut. Tidak adanya izin pertandingan di Bojonegoro membuat Persibo harus melakukan pertandingan kandangnya di Stadion Sultan Agung, Bantul. Di laga itu Persibo kalah 2-4 dari Semen Padang.

Pengalaman itu membuat manajemen menyiapkan alternatif lain dengan memindahkan kandang Persibo ke Stadion Sultan Agung secara permanen. Paling tidak untuk sisa musim ini. Fakta tersebut seakan membuka pintu bagi pihak lain untuk membeli Persibo yang musim ini mengalami perkembangan pesat.

“Ya, sebuah tawaran memang sudah masuk ke manajemen. Ada sebuah daerah di Jawa Barat, saya tak bisa sebutkan namanya, yang ingin ikut menangani Persibo,” ungkap Manajer Tim Persibo Nur Yahya. Siapkah Persibo dilego? Manajemen sejauh ini sama sekali belum memberikan jawaban atas penawaran tersebut.

Sebab, menurut Yahya, memindahkan Persibo ke daerah lain tentu bukan perkara mudah. Masih harus berkomunikasi dengan publik, pemerintah setempat, dan yang lebih penting lagi supporter Boromania. Sebab pemindahan sebuah klub tentu akan mengcewakan bagi supporter yang telah bertahun-tahun memberikan dukungan.

Kemungkinan untuk memindahkan Persibo sebenarnya relatif mudah dan kendala utama hanya terbentur persoalan setuju-tidaknya supporter. Sebab secara pengelolaan, tim Oranye bukan lagi milik Pemerintah Kabupaten Bojonegoro. Tim ini sudah dalam kekuasan Konsorsium LPI sejak mengikuti Liga Primer Indonesia (LPI) musim lalu.

Pendanaan Persibo juga bukan lagi menggantungkan Anggaran Pendapatan dan belanja Daerah (APBD Kabupaten Bojonegoro. Setelah menjadi milik Konsorsium LPI, nyaris tidak ada kontribusi besar dari pemerintah setempat. Bahkan untuk memakai Stadion Letjen H Soedirman pun masih memakai sistem sewa.

Dengan begitu, Konsorsium LPI-lah yang paling berhak memutuskan secara administrasi terkait kepindahan tim Persibo. Namun, manajemen tetap akan meminta masukan dari supporter. “Jika supporter dan masyarakat Bojonegoro tidak menghendaki Persibo berpindah ke daerah lain, ya kami tetap di sini,” tambah Yahya.

Menurutnya kemungkinan kepindahan Persibo ke daerah lain tentu juga membawa konsekuensi besar, utamanya mengubah nama Persibo dan disesuaikan dengan home base yang baru. Seperti halnya Deltras Sidoarjo yang dulunya adalah Gelora Dewata yang berhome base di Bali.

Yahya juga yakin Boromania tentu akan sangat kecewa jika Persibo harus hengkang dari Kota Ledre. Sebab Boromania selama ini menjadi supporter fanatik, bahkan sejak Persibo harus merangkak dari level kompetisi bawah untuk bisa mencapai tingkatan tertinggi di tanah air.

Kenyamanan Persibo di Bojonegoro sedikit terusik setelah pihak keamanan setempat dianggap tidak kooperatif dengan membendung izin pertandingan. Belakangan manajemen malah menyatakan lebih nyaman berada di Stadion Sultan Agung, Bantul, yang biaya sewanya jauh lebih murah dibanding Stadion Letjen H Soedirman yang notabene kendang sendiri.

Persema Tanpa Reza Mustofa Hadapi Persiraja

Kekuatan Persema bakal tereduksi saat meladeni tamunya Persiraja Banda Aceh dalam lanjutan Indonesian Super League (IPL) di Stadion Gajayana, Senin (30/1), karena akumulasi kartu.

Pelatih Persema Slave Radovski di Malang, Jumat (27/01), mengakui, tim asuhannya akan kehilangan pemain sayap kiri yang cukup tangguh, Reza Mustofa, karena akumulasi kartu.

“Otomatis kekuatan sayap kiri kami bakal tereduksi,” katanya.

Sebagai pengganti Reza, Slave sudah menyiapkan beberapa pemain pelapis yang juga tak kalah bagus, namun peluang terbesar untuk diturunkan sebagai “starter eleven” adalah M. Kamri yang selama ini selalu menjadi pilihan pelatih-pelatih sebelum Slave.

Dua kartu kuning Reza Mustofa didapat ketika Persema dijamu Semen Padang dan kartu kuning kedua diperoleh saat menjamu PSMS Medan di Stadion Gajayana, Minggu (23/01), sehingga pemain bernomor punggung 50 itu harus absen saat menjamu Persiraja.

Menyinggung persiapan Persema menghadapi tim tamunya itu, Slave mengaku, pihaknya sudah mempelajari kekuatan lawan dan latihan lebih banyak difokuskan kepada taktik dan strategi permainan.

Meski Persiraja merupakan salah satu tim tangguh dan peringkatnya di atas Persema, Slave tetap yakin anak asuhnya bakal mampu menundukkan tim tamunya dan meraih angka absolut ketiga di kandang.

Untuk meraih poin absolut tersebut, Persema masih tetap mengandalkan duet penyerang Irfan Bachdim dan Emile Betrand Mbamba serta menempatkan Ngon Mamoun sebagai penyerang lubang.

“Kami yakin pasti mampu mempersembahkan tiga angka kembali bagi masyarakat Malang seperti ketika kami menjamu Bontang FC dan PSMS Medang,” ujarnya.

Saat ini Persema di peringkat ketujuh dari 12 tim yang berlaga di ajang LPI, sedangkan tamunya (Persiraja) di urutan kelima klasemen sementara dengan raihan sembilan poin.

Deltras Terjungkal Oleh Persib Bandung

Deltras Sidoarjo gagal memetik kemenangan saat menghadapi Persib Bandung, Senin, 12 Desember 2011. Dalam lanjutan kompetisi Liga Super Indonesia (ISL) itu, kedua tim berbagi angka 0-0 pada laga yang digelar di Gelora Delta, Sidoarjo, Jawa Timur.

Deltras yang pada 45 menit pertama sangat dominan, sedikit kehilangan kekuatan untuk terus menekan Maung Bandung pada babak kedua. Pelatih Deltras Joerg Pieter Steinbruner memutuskan untuk menarik Sean Daniel Rooney sedikit agak ke tengah dan memberikan ruangan lebih bagi Amosh Marah.

Tapi taktik ini tak berujung manis. Peluang memang tetap datang seperti pada  menit 49 ketika Walter Bruzuela mendapat umpan dari Rooney di dalam kotak penalti. Sayang sundulan Walter Bruzuela masih melebar.

Sepuluh menit kemudian giliran Persib yang punya peluang terbuka. M. Ilham lolos sendirian di kotak penalti Deltras setelah melewati Benny Wahyudi. Tapi ketika tinggal berhadapan dengan kiper Wawan Hendrawan, Ilham malah menendang bola tepat ke tubuh Wawan. Bola pun berhasil diamankan.

Menit 67 Bruzuela kembali mengancam gawang Persib. Tendangan bebasnya dari luar kotak penalti mencapai target setelah melewati pagar hidup Manan dan kawan-kawan. Tapi Jendry Pitoy dengan gemilang bisa ‘terbang’ menghalau bola. Skor tetap 0-0.

Persib ganti berkesempatan menyerang tuan rumah Deltras di menit 78. Tapi penyelesaian akhir Aliyudin masih mentah padahal ia tinggal berhadapan dengan Wawan. Skor sampai pertandingan selesai tetap 0-0.

Dengan hasil ini Deltras punya 4 poin dari tiga pertandingan. Sedangkan Persib mengoleksi 7 poin dari tiga partai.

Susunan pemain

Deltras
Wawan Hendrawan, Benny Wahyudi, Purwaka Yudhi, Mijo Dadic, Waluyo, Juan Revi, Walter Bruzuela (M Yusuf 73), Shin Hyun Joon (Sugiarto 67), Sean Daniel Rooney, M Fakhrudin, Amosh Marah

Persib
Jendry Pitoy, Toni Sucipto, Abanda Herman, Maman Abdurahman, Zulkifli Syukur, Robby Gaspar, Hariono (Aliyudin 46), Atep (Budiawan 85), Miljan Radovic, M Ilham, Airlangga Soecipto.(Ns)